QUARTAL.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru jumlah penduduk miskin di Kalimantan Utara (Kaltara), yang turun 6,72 ribu jiwa atau 0,94 persen menjadi 41,11 ribu jiwa atau 5,38%.
“Penurunan jumlah penduduk miskin ini terjadi dalam kurun waktu enam bulan,” kata Kepala BPS Provinsi Kaltara, Mas’ud Rifai dalam siaran resminya, Rabu (15/1/2025).
Mas’ud bilang, pada September 2024, jumlah penduduk miskin di Kaltara tercatat sebanyak 41,11 ribu jiwa atau setara 5,38% dari total penduduk. Jumlah itu mengalami penurunan dibandingkan Maret 2024 yang mencapai 47,83 ribu jiwa (6,32%).
“Artinya, dalam kurun waktu enam bulan, jumlah penduduk miskin berkurang sebesar 6,72 ribu jiwa atau 0,94 persen poin,” sebutnya.
Meski secara keseluruhan mengalami penurunan, namun jika dilihat lebih detail, terdapat perbedaan yang menarik antara kondisi kemiskinan di daerah perkotaan dan pedesaan.
Di perkotaan, jumlah penduduk miskin justru mengalami kenaikan dari 23.18 ribu jiwa pada Maret 2024 menjadi 25.06 ribu jiwa pada September 2024. Kenaikan ini sebesar 1,88 ribu jiwa atau 0,34 persen poin.
Sebaliknya, di pedesaan, jumlah penduduk miskin turun cukup signifikan, yakni dari 24,65 ribu jiwa menjadi 16,05 ribu jiwa.
Penurunan ini mencapai 8,6 ribu jiwa atau 3,27 persen.Garis kemiskinan di Kaltara juga mengalami kenaikan dari Rp854.294 per kapita per bulan pada Maret 2024 menjadi Rp876.375 pada September 2024.
Kenaikan disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kenaikan harga sejumlah komoditas.
Komoditas makanan yang paling banyak berkontribusi terhadap garis kemiskinan di Kaltara adalah beras, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.
Namun, komoditas penyumbang lainnya memiliki perbedaan antara kedua wilayah tersebut.
Di perkotaan, komoditas seperti rokok, telur ayam, daging ayam, dan bandeng juga menjadi penyumbang utama. Sementara di pedesaan, selain beras, komoditas seperti kue basah dan bandeng juga cukup berpengaruh.
Untuk garis kemiskinan non-makanan, perumahan menjadi komponen terbesar baik di perkotaan maupun pedesaan. Komoditas lainnya seperti listrik, pendidikan, bensin, dan air juga turut berkontribusi.
Kepala BPS Kaltara menyatakan bahwa penurunan jumlah penduduk miskin secara keseluruhan merupakan hasil dari berbagai upaya Pemerintah Daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa masih terdapat tantangan yang harus dihadapi, terutama dalam mengatasi kemiskinan di daerah perkotaan.
“Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan kenaikan jumlah penduduk miskin di perkotaan, selain itu, kita juga perlu terus berupaya untuk mengurangi kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan,” kata Mas’ud Rifai. *
Quartal.id





















