QUARTAL.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) mencatat inflasi tahunan (year-on-year/y-on-y) di wilayah tersebut sebesar 1,24% pada Maret 2025 didapatkan dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 106,36.
“Kabupaten Nunukan mencatatkan inflasi y-on-y tertinggi sebesar 2,11% dengan IHK mencapai 108,95, sebaliknya, Tanjung Selor sebagai ibukota provinsi justru alami inflasi y-on-y terendah, hanya 0,43% dengan IHK 105,60,” kata Kepala BPS Provinsi Kaltara Mas’ud Rifai di Tanjung Selor, Bulungan, Selasa (8/4/2025).
Meskipun secara umum inflasi Kaltara melandai, terdapat disparitas signifikan antar wilayah kabupaten/kota.
Secara bulanan (month-to-month/m-to-m), Kaltara mengalami inflasi sebesar 2,16%, sementara inflasi sepanjang tahun berjalan (year-to-date/y-to-d) tercatat 0,61%.
Berdasarkan analisis BPS, inflasi y-on-y di Kaltara pada Maret 2025 disebabkan kenaikan harga pada sejumlah kelompok pengeluaran utama, antara lain makanan, minuman, dan tembakau melonjak signifikan sebesar 3,01% dan menjadi kontributor utama inflasi dengan andil 0,99%.
Komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok ini termasuk emas perhiasan, cabai rawit, ikan layang, kopi bubuk, bawang merah, minyak goreng, ikan bandeng, nasi dengan lauk, sigaret kretek mesin (SKM), dan bahan bakar rumah tangga.
Adapun perawatan pribadi dan jasa lainnya mencatatkan kenaikan tertinggi di antara kelompok lain, yaitu sebesar 7,01% dengan andil 0,49%. Penyediaan makanan dan minuman/restoran mengalami inflasi sebesar 2,86% dengan andil 0,24%.
Sebaliknya, beberapa kelompok pengeluaran justru menahan laju inflasi atau bahkan mengalami deflasi, yakni perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami penurunan indeks signifikan sebesar 3,38% dan menjadi penyumbang utama deflasi dengan andil 0,56%.
Deflasi tipis dialami jasa transportasi sebesar 0,17% dengan andil 0,02%. Angkutan udara menjadi komoditas penyumbang deflasi terbesar pada kelompok ini.
Adapun 10 komoditas yang menahan laju inflasi (memberikan andil deflasi y-on-y) adalah tarif listrik, beras, angkutan udara, tomat, telur ayam ras, tempe, tahu mentah, daging ayam ras, air kemasan, dan semen.
Secara khusus, BPS menyoroti sektor transportasi yang mengalami deflasi y-on-y sebesar 0,05%. Penurunan indeks dari 110,82 pada Maret 2024 menjadi 110,63 pada Maret 2025 ini terutama disebabkan oleh penurunan tarif angkutan udara yang mencatatkan deflasi y-on-y sebesar 4,73% pada subkelompok jasa pengangkutan penumpang.
Meskipun demikian, subkelompok pembelian kendaraan justru mengalami inflasi y-on-y sebesar 3,02%, dengan sepeda motor menjadi komoditas penyumbang inflasi utama pada sektor ini. Sektor transportasi secara keseluruhan memberikan andil deflasi y-on-y sebesar 0,02%.
Kepala BPS mengatakan, data inflasi Maret 2025 ini memberikan gambaran penting bagi Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam merumuskan kebijakan ekonomi.
Meskipun inflasi secara umum terkendali di angka 1,24%, fluktuasi harga pada kelompok makanan dan minuman serta disparitas inflasi antar wilayah menjadi perhatian khusus.
Kenaikan harga komoditas pangan seperti cabai rawit, bawang merah, dan ikan perlu diantisipasi untuk menjaga daya beli masyarakat.
“Sementara itu, inflasi yang lebih tinggi di Nunukan memerlukan kajian lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor pendorong dan merumuskan solusi yang tepat,” ujarnya.
Deflasi pada sektor perumahan dan transportasi memberikan sedikit angin segar, namun perlu dipastikan keberlanjutannya dan dampaknya terhadap sektor ekonomi lainnya.
Menurutnya, kebijakan stabilisasi harga, terutama pada komoditas pangan pokok, serta upaya pemerataan pembangunan antar wilayah menjadi kunci untuk menjaga stabilitas ekonomi di Provinsi Kaltara. (*)
Quartal.id