Jumat, 20 Juni 2025 10:34 WITA

Dari hutan kota jadi kebun raya: Bupati Syarwani ungkap mimpi besar Bulungan!

Bupati Bulungan Syarwani (tengah) menanam pohon Tabebuya di Kebun Raya Bunda Hayati Tanjung Selor, Selasa (10/6/2025). QUARTAL

Dari hutan kota jadi kebun raya: Bupati Syarwani ungkap mimpi besar Bulungan!

Jumat, 20 Juni 2025 10:34 WITA

QUARTAL.ID – Kebun Raya Bunda Hayati di Tanjung Selor, Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara), tak lagi sekadar hutan kota biasa. Bupati Bulungan, Syarwani, dengan bangga mengungkapkan transformasi besar kawasan hijau ini menjadi Kebun Raya yang dikelola langsung oleh Pemerintah Kabupaten Bulungan.

Ambisi besar Syarwani adalah menjadikan Kebun Raya ini sebagai “warisan hijau” yang lestari dan magnet pariwisata berkelas, bahkan dengan sentuhan ‘Jepang’ di dalamnya.

Dalam sambutannya pada groundbreaking Taman Adhyaksa di Kebun Raya BUnda Hayati pada Selasa (10/6/2025), Syarwani menjelaskan perubahan status ini.

“Dulu memang ada konsep hutan kota, namun seiring kewenangan sesuai undang-undang pemerintahan daerah, statusnya kami alihkan menjadi Kebun Raya Bunda Hayati,” tegas Syarwani.

Penanganan dan pengelolaan kebun raya sepenuhnya di bawah Pemkab Bulungan.

Progres Megah di Lahan 80 Hektar: Dari Konservasi hingga Lapangan Publik

Kebun Raya Bunda Hayati memiliki luasan yang tak tanggung-tanggung, mencapai 80 hektar, membentang hingga Universitas Kaltara.

“Hari ini, di mana kita berdiri, kawasan ini baru dibuka lebih kurang hampir 30 hektar. Penataan ini kami laksanakan sejak tahun 2023 lalu, sesuai kemampuan anggaran kami,” ujarnya.

Fokus utama Kebun Raya ini adalah mengakomodasi dan memastikan pelestarian jenis-jenis tanaman, terutama kayu hutan dan buah-buahan endemik khas Bulungan dan Kaltara.

“Tidak kurang ada 26 jenis buah maupun pohon kayu yang sudah berasal dari Kabupaten Bulungan,” jelasnya bangga.

Untuk memperkaya koleksi, pada 2024 lalu, dalam momentum peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Pemkab Bulungan mengundang 74 kepala desa untuk menanam pohon dan buah dari desanya masing-masing.

“Kami tanamkan tepat di belakang tempat ini, yang memang ditetapkan menjadi kawasan untuk pelestarian vegetasi, sekaligus melestarikan pohon dan buah endemik Kabupaten Bulungan,” imbuh Syarwani.

Buah Lepiu: Maskot Langka nan Mahal Jadi Ikon Kebun Raya

Tak hanya flora, Kebun Raya Bunda Hayati juga punya maskot unik: Buah Lepiu.

“Maskot Kebun Raya kami beri nama Buah Lepiu,” ungkap Syarwani.

Buah ini adalah buah khas Bulungan yang memang jarang ditemui.

“Nama ini sering orang katakan buah Pilkada, kadang-kadang 5 tahun sekali baru ada muncul, dan memang harganya relatif mahal, tidak kurang minimal Rp150.000 per kilogram,” bebernya, menarik perhatian hadirin.

Syarwani juga melaporkan progres pembangunan fasilitas pendukung.

“Di samping kiri kita ini ada lapangan dengan standar dua kali lapangan Agatis yang kami paving block untuk menjadi pusat kegiatan publik,” katanya.

Fasilitas ini dirancang untuk kegiatan masyarakat dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi Bulungan. Pembangunan kebun tematik yang ada di sepanjang pedestrian juga sudah dimulai sejak tahun 2019.

“Eco-Edu-Wisata”: Bebas Polusi, Khusus Sepeda!

Kebun Raya Bunda Hayati juga dilengkapi dengan dua embung yang pengerjaannya dilakukan pada tahun 2023, dengan luasan dan panjang sekitar 1,4 hingga 1,6 kilometer.

“Insyaallah tahun ini kami lakukan pengaspalan dalam rangka mengakomodasi kepentingan publik untuk kegiatan olahraga rekreasi masyarakat di dalamnya,” janji Syarwani.

Namun, ada satu aturan ketat yang diterapkan untuk menjaga ekologi dan kebersihan udara.

“Dengan sangat terpaksa kami melarang untuk masuknya kendaraan berasap, roda dua maupun roda empat, nanti sampai di belakang sini,” tegasnya.

Area parkir disiapkan di depan, sementara di dalam hanya diperbolehkan menggunakan sepeda kayuh maupun sepeda listrik.

“Karena kita ingin memastikan udara di sini tetap bersih yang berkaitan dengan aspek ekologinya. Makanya kami katakan di sini adalah kawasan publik Eco-Edu-Wisatanya Kabupaten Bulungan,” tuturnya.

Dengan lokasinya yang sangat strategis, tepat di jantung kota Tanjung Selor, Kebun Raya ini menjadi perwujudan visi dan misi Bulungan melalui pembangunan hijau berkelanjutan.

Anjungan Swafoto Megah dan Nama Sejarah yang Diluruskan

Syarwani juga mengungkapkan rencana pembangunan anjungan swafoto megah setinggi 6 meter yang akan menghadap ke jalan utama.

“Kami juga insyaallah tahun ini sudah melaksanakan pembangunan satu anjungan tepat nanti akan menghadapi posisi di jalan sekali sebagai untuk sarana publik swafoto dengan background tugu,” katanya.

Menariknya, Syarwani juga meluruskan penyebutan sebuah tugu yang selama ini keliru di masyarakat.

“Kami mengajak kepada kita semua hari ini kita mulai menyebut tidak ada lagi istilahnya tugu telur pecah, karena sejarah telur pecah tidak pernah ada di Kabupaten Bulungan. Yang ada itu adalah Tugu Putri Lemlai Suri,” tegasnya.

“Sehingga makanya kami abadikan namanya sesuai dengan sejarah supaya kita tidak melupakan sejarah.”

Pengembangan Kebun Raya Bunda Hayati ini juga melibatkan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat, termasuk 74 desa, 7 kelurahan, dan 10 kecamatan.

“Kami juga memastikan keterlibatan partisipasi dari seluruh para pelaku usaha kecil menengah hadir nanti kita tempatkan di kawasan perwakilan ini untuk stand pamerannya, sehingga kawasan publik ini benar-benar bisa terjaga, utamanya dalam menjaga kelestarian lingkungan di kawasan ini,” ujarnya.

Kebun Raya Bunda Hayati ini menjadi warisan yang dititipkan nanti bagi seluruh anak-anak di Kabupaten Bulungan, khususnya bagi seluruh masyarakat Kaltara di masa yang akan datang.

“Mari kita menanam hal ini supaya orang yang akan datang tahu kalau kita pernah ada di Kabupaten Bulungan, pernah ada di Kaltara,” tutupnya. (*/adv)

Quartal

Jelajahi lebih lanjut tentang topik ini