QUARTAL.ID – Kalimantan Utara (Kaltara) berpotensi menjadi hub energi bersih baru. Wakil Gubernur Kaltara, Ingkong Ala pada Rabu (2/7/2025) menerima kunjungan delegasi investor asal Korea Selatan, Asia Myko Global.
Pertemuan yang berlangsung di ruang kerja Wagub di Tanjung Selor ini membahas rencana investasi fantastis di sektor energi baru terbarukan (EBT), khususnya pengolahan bioetanol dari mikroalga.
Delegasi Asia Myko Global yang diwakili oleh Kim Byo Ang Yeel, Jakson Situmorang, dan Jefry Roy James, menawarkan investasi senilai kurang lebih 120 juta dolas AS (sekitar Rp 1,8 triliun).
Investasi ini berfokus pada pembangunan industri pengolahan bioetanol dari rumput laut alga di lahan seluas 40 hektare per titik industri.
Pemprov Kaltara kini tengah mempelajari proposal investasi ini secara mendalam. Ingkong Ala segera melaporkan hasil pertemuan ini kepada Gubernur Kaltara untuk mendapatkan persetujuan dan segera menindaklanjuti dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU).
“Rencana investasi mereka lebih kurang 120 juta dolar AS. Dan ini yang sedang kita coba pelajari bahwa kira-kira seperti apa proposal ini. Kita akan coba push untuk kita teken MoU dengan Pak Gubernur,” tambahnya.
Investor mengajukan skema kerja sama Build, Operate, Transfer (BOT). Artinya, investor akan membangun, mengoperasikan fasilitas tersebut, dan setelah jangka waktu yang disepakati (diperkirakan 30 tahun), aset akan diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Proses konstruksi sendiri diperkirakan memakan waktu 1,5 tahun.
Ingkong Ala menyebut bahwa Pemprov Kaltara meminta investor menyusun timeline rencana investasinya agar terukur.
Lokasi ideal yang dicari investor adalah daerah dengan curah hujan rendah, seperti Nunukan. Namun, wilayah lain seperti Bulungan atau Malinau juga tetap berpotensi.
“Dari pertemuan ini kita sepakat mendorong calon investor itu untuk menyusun timeline rencana investasinya, mulai dari penyiapan administrasi, sampai dengan melihat peluang lahan yang akan digunakan untuk industri ini,” kata Wagub.
Investor ini dikenal sebagai perusahaan berteknologi tinggi dengan rekam jejak investasi yang kuat di sektor EBT. Mereka memanfaatkan mikroalga, organisme fotosintetik uniseluler yang sangat efisien dalam menghasilkan biofuel dibandingkan jagung atau kedelai. Mikroalga juga berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca dan pemurnian air limbah.
Model bisnis yang ditawarkan tidak hanya mencakup pasar bahan bakar hayati (pengganti minyak bumi), tetapi juga pasar listrik, dengan produk sampingan mikroalga yang dapat menggantikan batu bara untuk pembangkit listrik.
Perusahaan ini mengklaim dapat memproduksi Minyak Alga Mentah (CAO) dalam skala massal yang ekonomis, menjadikannya bahan bakar paling murah untuk pembangkit listrik EBT skala besar.
Potensi investasi ini sejalan dengan meningkatnya permintaan akan bio-minyak global, di tengah keterbatasan produksi dari sumber nabati konvensional dan penarikan minyak sawit dari daftar energi terbarukan di beberapa wilayah.
Kemampuan investor untuk memproduksi minyak mikroalga tanpa batas, bahkan dengan memanfaatkan limbah organik sebagai nutrisi, menjadi inovasi penting dalam mencapai kemandirian energi dan netralitas karbon.
Jika terealisasi, investasi ini akan membawa Kaltara selangkah lebih maju dalam pengembangan energi hijau, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Pemerintah Provinsi Kaltara kini tengah berkoordinasi dengan perbankan terkait permohonan jaminan bank dan aspek finansial lainnya. (*/adv/red)