QUARTAL – Menurut Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang Bank Mandiri, perekonomian Indonesia pada 2024 masih memiliki resiliensi di tengah tantangan ketidakpastian global.
“Seharusnya dengan fundamental ekonomi Indonesia yang sudah teruji selama beberapa tahun terakhir, perekonomian Indonesia masih akan resilien dengan tantangan tersebut” kata Reny di Jakarta, seperti dikutip pada Sabtu (13/1/2024).
Resilien merupakan proses di mana suatu daerah atau negara dapat bertahan atau bahkan berhasil menghadapi guncangan yang sedang terjadi. Perekonomian dapat dikatakan resilien jika wilayah tersebut dapat meredam atau bahkan meminimalisir guncangan yang dihadapi.
Ia katakan, Indonesia tetap harus bersiap dengan risiko-risiko baru di tahun politik. Tentunya bauran kebijakan antara pemerintah dan Bank Indonesia mutlak diperlukan.
Untuk memitigasi volatilitas eksternal yang masih akan berlanjut ke depan, Bank Indonesia akan terus melanjutkan triple interventions, twist operation, implementasi DHE, dan melelang instrumen terbaru untuk menjaga stabilitas pasar keuangan dan menyerap aliran dana asing.
Instrumen terbaru tersebut berupa Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
Pada 2024, pelaku pasar harus mengantisipasi setidaknya lima kondisi seperti risiko perlambatan ekonomi global, suku bunga yang tetap tinggi dalam waktu lama di beberapa negara, meningkatnya ketegangan geopolitik, pergeseran aliran dana asing, dan persiapan Indonesia untuk menghadapi tahun pemilihan umum (pemilu) yang akan menentukan pemerintahan baru.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat pertumbuhan yang kuat sebesar 6,16 persen secara year on year (yoy), mencapai 7.272,8 sepanjang 2023, melampaui kenaikan sebesar 4 persen yang tercatat pada 2022, meskipun terjadi arus keluar bersih investor asing sebesar Rp6,2 triliun (yoy).
Reny menuturkan kinerja BEI pada 2023 melampaui indeks global, antara lain FTSE 100 Inggris, Shanghai Composite Index, Hang Seng Index Hong Kong, dan SET Thailand. Sedangkan, di pasar obligasi dalam negeri, imbal hasil obligasi Pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun ditutup pada level 6,52 persen atau turun 39,5 basis poin (yoy).
Pada 28 Desember 2023, kepemilikan asing pada obligasi pemerintah berjumlah Rp842,6 triliun atau arus masuk bersih sebesar Rp80,4 triliun (yoy), dengan 14,9 persen dari total beredar.
Basis investor lokal semakin kuat di pasar obligasi dalam negeri, terutama dari asuransi dan dana pensiun, dengan nilai sebesar Rp1.041,4 triliun atau 18,5 persen dari total beredar.
Sementara itu rupiah pada akhir 2023 ditutup terapresiasi sebesar 1,1 persen (yoy) ke level 15,397 terhadap dolar AS, didukung oleh kebijakan stabilisasi nilai tukar yang diterapkan serta kembalinya aliran modal masuk setelah berkurangnya tekanan dari bank sentral Amerika Serikat atau The Fed yang hawkish yang menyebabkan dolar AS untuk mulai melemah.
“Fundamental perekonomian yang kokoh di tengah masih tingginya ketidakpastian global juga menjadi katalis positif bagi nilai tukar rupiah,” ujarnya.
Inflasi IHK pada Desember 2023 tercatat rendah sebesar 0,41 persen month to month (mtm) sehingga inflasi IHK 2023 menjadi 2,61 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
Bank Indonesia memperkirakan neraca pembayaran Indonesia (NPI) 2023 secara keseluruhan tetap sehat dengan transaksi berjalan dalam kisaran surplus 0,4 persen sampai dengan defisit 0,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Surplus neraca perdagangan berlanjut pada November 2023 sebesar 2,4 miliar dolar AS, didukung oleh ekspor komoditas utama Indonesia, seperti batu bara, besi dan baja, serta minyak dan lemak nabati.
Cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2023 tercatat sebesar 146,4 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir November 2023 sebesar 138,1 miliar dolar AS. *
Editor: Quartal.ID